Single voucher Xl internet Semakin Manjakan Para Pelanggannya
- rosari j
- 3 min read
Demi memuaskan konsumen dan memenangkan kompetisi antar prepaid brand, operator menggelar komunikasi single voucher. Dukungan Intelligent Network (IN) yang berkualitas menjadi kunci suksesnya.
Menurut ACNielsen Indonesia, sepanjang 2007 yang lalu, tiga operator besar, seperti Telkomsel, Indosat dan XL, menggelontorkan biaya beriklan di media lebih dari Rp 200 milyar. Angka ini termasuk fantastis saat rata-rata industri hanya menyisihkan anggaran beriklan di bawah Rp 200 milyar.
Tapi hasil yang didapat pun bisa membuat operator tersenyum. Menurut Mas Wigrantoro selaku ketua MASTEL, meski tak bisa dipungkiri pesan yang disampaikan bertujuan mendongkrak jumlah pelanggan, operator bisa memperoleh lebih dari 2 juta pelanggan baru per semester.
“Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, pelanggan XL melonjak dari hanya 9 juta menjadi 15 juta orang,” ujar I Made Hartawijaya, VP Value Added Services and New Services XL. “Tapi memang pertumbuhan paling besar ada di pelanggan Bebas,” la juga tidak memungkiri bahwa a-wal tahun ini promosi jor-joran hanya difokuskan pada kartu Bebas.
Walhasil, produk internet XL lainnya, Jempol seolah tidak terdengar. Belakangan XL memberlakukan single voucher bagi pengguna Jempol dan bebas sejak Februari 2008 lalu, artinya masing-masing voucher di kedua sub brand ini bisa digunakan.
“Ini salah satu strategi demi memuaskan konsumen,” ujar Made, sekaligus meluruskan pendapat banyak orang yang menganggap bahwa Jempol hanya ‘jalan di tempat’, lalu akan ‘dimatikan’. “Siapa bilang? Ibarat menunggu bintang tamu, kita sedang persiapkan strategi lainnya.
Tunggu saja,” tambah Made, la juga menambahkan jumlah pengguna kartu prabayar XL adalah 97% dari total pelanggan XL di akhir tahun 2007 (15,5 juta), 65 % diantaranya adalah pengguna bebas. Sekitar 60-70% pengguna Jempol juga beralih ke bebas seiring dengan tarif promosi di bebas.
Indonesia Pasar Menjanjikan
Potensi mobile broadband Indonesia termasuk sangat prospektif di kawasan Asia Pasifik. Pengakuan ini datang dari GSMA (GSM Association) yang baru saja menggelar seminar bertajuk Affordable Mobile Broadband for All.
“Indonesia akan menjadi negara ketiga terbesar setelah Jepang, Korea atau Australia dalam penggunaan HSPA,” kata Ricardo Tavarez, Senior Vice President Public Policy GSMA. Dengan label ini, praktis Indonesia menjadi pasar mobile broadband yang menonjol. “Pengguna HSPA di Indonesia telah melewati pelanggan mobile broadband DSL kabel,” tambah doktor lulusan University of California Amerika ini.
Persoalan yang muncul dalam pengembangan mobile broadband di Indonesia dan di belahan negara lain adalah keterbatasan spektrum. Spektrum 2,1 GHz yang sekarang digunakan untuk kompetisi antar operator 3G dirasa akan tidak mencukupi di masa datang, karena itu diusulkan oleh GSMA untuk menggunakan spektrum 2,6 GHz. “Penting bagi Indonesia untuk memikirkan spektrum baru jaringan pita lebar mobile untuk memperluas layanan mobile broadband dengan harga lebih terjangkau,” katanya.
Karena itu, kalau rencana spektrum baru untuk mobile broadband terlaksana ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, harga layanan mobile broadband akan makin terjangkau. Kedua, yang pasti kita mesti siap-siap merogoh kantong membeli perangkat baru untuk menyesuaikan spektrum frekuensi yang digunakan. Bukan begitu, Mister?
Saat ini selain XL, Indosat belakangan juga mengikuti program single voucher untuk pelanggan IM3 dan Mentari. Hanya saja karena terbentur masalah skema tarif untuk voice dan SMS, aturan single voucher-nya baru berlaku untuk tarif voice saja.
Belum termasuk single voucher untuk hitungan voucher khusus, seperti voucher SMS. Menurut Guntur Siboro, Direktur Marketing Indosat, seperti juga yang diamini oleh I Made Hartawijaya, dengan adanya single voucher pelanggan tidak perlu lagi khawatir melakukan kesalahan pada saat mengisi ulang akibat tertukar atau salah membeli voucher isi ulang.
Biaya operasional pun bagi operator bisa ditekan lebih murah dibanding harus membuat dua voucher untuk brand yang berbeda. Dengan terus dioptimalkannya IN di operator, nantinya kendala seperti pembedaan tarif di tiap brand tidak lagi menjadi penghambat.
Mau kartunya beda, voucher fisiknya beda, atau tarifnya dibedakan, akhirnya yang digunakan pelangkan cukup satu cara isi ulang saja, OT